Selama ini aku berpendapat bahwa film perang paling mengagumkan adalah film Saving Private Ryan. Adegan demi adegan yang disajikan dalam layar membuatku kagum pada proses produksi film tersebut. Ide yang luar biasa, keren banget pokoknya, sampai aku cuma bisa melongo aja waktu liat film itu. Berkesan sekali di hati, seperti film Titanic, tak terlupakan. Mmmm……tapi, bahkan film yang ku anggap keren tersebut (Saving Private Ryan), meninggalkan sedikit tanda tanya dalam pikiranku, apakah agak tidak terlalu berlebihan, demi menyelamatkan seorang prajurit (prajurit ini adalah 3 bersaudara yang kesemuanya ikut wajib perang, dan dia adalah satu-satunya yang masih hidup diantara saudara-saudaranya), pemerintah mengirimkan tim penyelamat untuk memulangkan sang prajurit ke rumah. Proses evakuasi inilah yang membuatku seperti naik jetcoaster, naik turun, full emotion. Tapi, dengan kekurangan dari segi cerita ini tidak membuatku kecewa dan menjadi sebel. Aku tetap kagum dengan semua hal yang berhubungan dengan film ini, ide, script, actor, director.
Pengalaman di atas kualami lagi sewaktu aku nonton film dari Korea Selatan berjudul My Way. Adegan pembuka di awal film membuatku mengurungkan niat untuk meneruskan nonton. Jadi aku berhenti 10 menit setelah film playing. Ku klik close, dan kubiarkan film ini tersimpan di folder. Hingga……suatu ketika,tanpa ekspektasi apa-apa, aku melanjutkan nonton film My Way. Wow, ini seperti 3 film Saving Private Ryan dijadikan satu, kereeeen banget!! Jenius bertemu dengan kreativ. Mari kita urai satu per satu. Latar film adalah tahun 1800-an saat dimana-mana terjadi perang, Jepang menjajah Korea, Uni Soviet berperang dengan Jerman, Jerman dengan Prancis. Semua seperti lingkaran kengerian tanpa akhir. Menjadikan film ini terasa sangat mencekam dan mampu memberikan gambaran yang nyata bagaimana perang menghancurkan segalanya, dan bagaimana ketakutan yang terus menghantui tiap individu yang terlibat di dalamnya. Dengan setting yang berpindah-pindah menjadikanku bertanya-tanya bagaimana proses produksinya, melibatkan begitu banyak orang dan Negara, bagus banget.
Hhhh………aku harus tarik nafas dulu nih, salut bener aku sama sutradaranya. Kisah dalam film ini juga sangat mengena. Dan sangat realistis. Pasti tiap dari kita pernah merasakan kebencian luar biasa terhadap teman kita karena dia lebih bersinar dibandingkan kita. Dua tokoh sentra dalam film ini menggambarkan perasaan yang ku singgung barusan. Kita tahu bahwa Jepang sangat biadab saat menjajah suatu Negara, bahkan ketika aku SD, saat belajar sejarah aku bisa sangat membenci Jepang, benci banget (tapi sekarang ngebet banget bisa ngicipin maen ke Jepang barang sekali hahahaha ^_^). Sama halnya saat menjajah Korea, Jepang bahkan sampai mewajibkan penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa nasional, bossy banget Jepang sukanya nyuruh-nyuruh seenak perut mereka. Well, seiring dengan berjalannya cerita, kebencian berubah menjadi kasih sayang yang mendalam. Ternyata kesetiaan yang berlebihan dapat menimbulkan kebodohan luar biasa, karena bertindak tanpa berpikir cerdas terlebih dahulu. Dua actor yang memerankan tokoh utama berakting dengan bagus, natural tidak terlalu dramatis, enak lah diliat. Beberapa tahun belakangan ini, mungkin sekitar 10 tahun, perfilman di Korea Selatan maju pesat, banyak film yang sangat cerdas dan digarap dengan tepat sehingga banyak yang diundang ke festival-festival film di luar sana. Kekuatan film Asia (karena tentu saja nggak cuma Korea Selatan aja yang berkembang perfilmannya) adalah cerita atau ide dari film itu sendiri. Ide cerita film Asia biasanya sederhana (ada juga yang rumit) dan akrab dengan kehidupan tiap manusia. Dan, penuturannya lebih sederhana dibandingkan dengan film barat,pada film Asia jarang ditemui kemewahan-kemewahan (tekhnologi) yang kadang malah menutupi keindahan film itu sendiri. Well, terbersit kesedihan, kapan ya aku bia mencintai film negeriku sendiri seperti ku mencintai film-film dari Negara lain T-T.
Well……^_^, mungkin pemaparan panjang lebarku ini tidak bisa mewakili apapun dari pengalaman nonton film My Way, tapi bagi siapa saja yang ingin tahu tentang keyakinan dan kegigihan, batas tipis antara hidup dan mati, tawa dan sedih, juga ketulusan, film ini sangat direkomendasikan. J