Saturday, March 16, 2013

The Town

Kita tidak bisa memilih dari mana kita berasal, siapa orang tua kita. Tetapi, kita bisa memilih kemana kita akan pergi, bagaimana kita menggunakan hidup kita. Banyak hal absurd yang justru dilakukan oleh orang-orang yang dianggap bijak. Tidak hanya orang bijak kurasa, semua orang pernah melakukan hal yang absurd, tak tercerna oleh logika dengan baik, jadi bisa dikatakan akan ditolak mentah-mentah oleh social.
 http://www.filmofilia.com/wp-content/uploads/2010/08/the_town_poster.jpg
Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata ‘orang baik’? Apakah murni kebaikan yang akan dia lakukan? Hahaha….i don’t think so. Lalu, bagaimana kita menilai sesuatu dengan parameter baik dan buruk, atau benar dan salah.
Bisakah semua hal di dunia ini hanya diukur dengan dua hal tersebut?
Terdapat kondisi dimana menjadi latar belakang seseorang melakukan hal yang buruk di mata
kebanyakan orang.Ketika seorang anak dilahirkan di lingkungan yang baik, maka otomatis dia
akan mendapatkan image yang baik pula,akan selalu melekat di sosoknya.
Berbeda halnya denganbocah yang dilahirkan dari lingkungan yang criminal, dikenal begitu. Sehingga dia tumbuh dengan amarah dan tanpa sadar membuktikan image criminal tersebut,
mewujudkannya, dan dia menjadi salah satu sosoknya. 
Padahal, begitu banyak kebaikan dalam dirinya sebagai manusia, bukan sebagai siapa tumbuh dimana atau siapa orang tuanya. The Town, menggambarkan sisi dimana kejahatan dan kebaikan adalah dua hal tak terpisahkan,
yang akan selalu ada pada diri manusia. Ketika menonton film ini, aku sibuk berfikir, 
bertanya dalam otakku, bagaimana seharusnya manusia hidup. 

Wednesday, February 13, 2013

Hansel and Gretel Witch Hunter




Perlu aku beritahukan di sini bahwa aku membaca tulisan witch dengan with, dan ini tertancap dalam otakku bahwa judul di atas berarti Hansel dan Gretel dengan Pemburu, memunculkan pertanyaan dalam otakku, maksud judul film ini apaan sih? Barulah aku sadar bahwa mulut dan otakku meninggalkan huruf c entah dimana sehingga arti dari judul film bisa berubah, dan kesadaran itu datang saat aku duduk di bangku bioskop, mengenakan kacamata 3D. “ooohhhh witch to mbak, bukan with,” bwkwkwkwkwkw contoh kejadian dimana mulut dan otak mengalami konsleting ^_^.



Berdua, aku dan temanku dengan penuh kebimbangan berdiri di depan tulisan -batas antrian- bingung mau nonton Jackie Chan ato Hansel, pertimbangan kami adalah kenaikan harga tiket, 2D 30rb, 3D 35rb (sialan ni bioskop@#$%*!!!!!!!). Setelah perdebatan dan kegalauan panjang, kami putuskan nonton Hansel ajah. Judul film ini mengingatkan kita pada dongeng orang barat, yup sepertinya semua sudah tahu.

Durasi film ini terhitung pendek, sekitar 90an menit. Tapiiii………hati-hati jika anda adalah termasuk orang yang cinta kedamaian dan anti kekerasan (khususnya yang sudah mencapai level fanatic J ), karena adegan dalam film ini membuat mata iritasi, sehingga aku dan temenku beberapa kali harus menutup kacamata 3D kami dengan telapak tangan.
Ceritanya mirip dongeng anak-anak Hansel dan Gretel, tapi di sini dua kakak beradik ini akhirnya malah menjadi pemburu penyihir professional. Lumayanlah……ceritanya tidak perlu dipikirkan. Yang menarik dari film ini (pendapat ini bersifat sangat subjektif J ) adalah gambar yang disajikan, setting lokasi dan makhluk-makhluknya indah banget, yaa orang barat kan ahli banget bikin special effect, aku suka liat trollnya, kaya beneran. Bagiku film ini semata-mata hanya cemilan, tinggal duduk, tidak usah terlalu repot menganalisa cerita, dan nikmati tuh special effect.

Sunday, February 10, 2013

A Company Man



Berawal dengan rasa penasaran kenapa ya si ganteng Yoo Seung Ho bisa dijuluki the little so ji sub? Siapa pula so ji sub itu? Googling…… kulihat wajah sang so ji sub, hmmmmm mirip dari mananya yach? Ku coba cari filmnya, a company man, action ni…..coba nonton aah.

Saat ku nonton film a company man inilah sedikit demi sedikit ku pahami kemiripan antara yoo seung ho dengan so ji sub, tatapan mata, cara tersenyum, cara ngomong, dan bahasa tubuhnya. Mmmmm ya ya ya….aku paham sekarang.

Terasaaaa sekali perbedaan film barat dengan asia. Film aksi sekalipun, akan sarat dengan nuansa drama ketika dibuat oleh orang asia, termasuk film ini. Emmmmm….tidak terlalu bagus menurutku (film ini lho ya), karena ceritanya juga tidak terlalu dalam (apa aku yang terlalu nggak peka ya ^_^). Tetapi ada hal yang keren bgt dari film ini >>>> adegan perkelahiannya bagus banget, terutama yang nggak make pistol ya. Wiiiihhh cepet banget dan lincah, seolah-olah utuh dimainkan oleh sang pemeran utama (tentunya dalam tiap film aksi, ada pemeran pengganti, iya kan?), top deh.

A company man berkisah tentang seorang laki-laki yang bekerja pada sebuah perusahaan berkedok perusahaan metal, tetapi sebenarnya adalah perusahaan penyedia pembunuh bayaran. Bisa ditebak kok sebenarnya alur film ni. Sang pembunh handal (So Ji Sub) mulai mempertanyakan tentang pekerjaannya pada dirinya sendiri, yang pada akhirnya membuat dia mendamba kebebasan. Nggak ada jalan mulus, ternyata ingin berhenti menjadi pembunuh tidak semudah ketika ingin resign di perusahaan pada umumnya. Nah tampillah di layar adegan2 seru yang ku singgung di atas, lumayanlah. Nggak perlu mikir kok nonton film ini. Jadi bisalah buat cemilan di kala senggang ^_^.

The Amazing Spiderman




Aku bukanlah penggemar berat spiderman. Aku menontonnya sesuai selera umur. Film spiderman yang dibintangi oleh Tobey Maguire release saat aku duduk di bangku SMP, yang otomatis menjadi salah satu film yang digandrungi kebanyakan remaja saat itu, termasuk aku. Setelah menikmati 3 film spiderman dengan bintang tersebut di atas, aku mendapat kesan bahwa film ini didominasi oleh atmosfir yang kelam, penuh dengan keputusan2 yang bisa membuat siapa saja depresi (T_T), dan kering akan kebahagiaan. Ya….itu perasaan yang tertinggal usai nonton fim spiderman lama. Satu hal yang tidak bisa kuterima dari film spiderman lama adalah pembuluh mana dari tubuh manusia yang sanggup memproduksi benang laba2, walaupun itu hasil mutan sekalipun, dan harusnya ada pori khusus kan? Di kedua film spiderman terdahulu tiba2 benang laba-laba keluar dari kulit dan langsung tembus kostum entah bagaimana caranya. ^_^ yaaa…..walaupun fiksi ilmiah, 5 % teori beneran, dan sisanya imajinasi (asal banget ngitung prosentasenya hahahaha), tapi entah kenapa aku tetap tidak bisa menerima bagian yang ini, hingga saat ini hehehehe….

Berbeda dengan sekuel spiderman terdahulu, The Amazing Spiderman, ku tonton dengan ekspektasi yang biasa saja, cenderung masih terbawa dengan perasaan ilfil (ilang feeling :D) yang tersisa pasca nonton spiderman lama. Klo bukan karena adekku semangat banget ngopyin ni film, entah kapan ku baru tahu klo film ini layak untuk ditonton. Awalnya kukira konsep film ini kurang lebih sama dengan yang dulu. Tapi ternyata amat sangat berbeda. Garis besarnya masih sama, tetapi disampaikan dengan cara yang lebih menarik, dan manusiawi, juga lebih terlihat tidak melulu kelam. Spiderman dalam The Amazing Spiderman diperankan oleh Andrew Garfield, wajahnya sangat familiar. Setelah googling baru ku sadar klo dia bermain di film The Social Network, The Imaginarium of Doctor Parnassus, dan Boy A. Dan ketidak-terimaanku dengan satu hal di film spiderman lama, terobati dengan ampuhnya di film The Amazing Spiderman. Yup, benang laba2nya nggak keluar begitu saja dari kulit, tetapi dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam alat seperti jam tangan, itu lebih logis. Dialog2nya juga lebih mendekati kenyataan, tidak terlalu didramatisir. Aku puas dengan spiderman ini, merasa lebih baik, bahwa hidup tidak melulu harus dihadapi dengan kaku, dengan pilihan2 muram. Oiya…..sepertinya akan ada sekuelnya juga, soalnya endingnya gitu sih…hmmmm jadi penasaran seperti apa nantinya.

ps: jadi penasaran ma kisah originalnya, alias versi komiknya :D